Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?
Scaffolding adalah strategi efektif dalam menjembatani kemampuan aktual dan potensi kognitif siswa. Namun, penerapannya dihadapkan pada beberapa tantangan seperti distraksi, kurangnya interaksi sosial, dan keterbatasan dukungan emosional di lingkungan siswa. Strategi ini membutuhkan pendekatan kontekstual dan berdiferensiasi karena kondisi psikologis serta lingkungan tiap anak berbeda.
Penelitian menunjukkan kendala dalam pembelajaran menulis recount, terutama pada tahap kolaborasi, di mana motivasi dan atensi siswa menjadi faktor penting selain aspek kognitif seperti kosa kata. Faktor sosial-emosional berperan besar, sehingga diperlukan metode pemantik seperti permainan dan apresiasi untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Reiser (2002) mengidentifikasi masalah dalam scaffolding, termasuk instruksi yang implisit, tugas non-reflektif, dan pemahaman dangkal. Untuk mengatasi ini, Quintana et al. (2004) mengusulkan tiga kerangka kerja scaffolding:
- Logika (Sense Making): Menghubungkan pengetahuan lama dengan yang baru melalui alat bantu visual, panduan eksplisit, dan analisis data.
- Manajemen Kerja (Process Management): Memberikan tugas bertahap dengan struktur dari sederhana ke kompleks, disertai panduan ahli.
- Penguatan dan Refleksi (Articulation and Reflection): Memberi ruang evaluasi untuk meninjau kemampuan dasar dan capaian akhir.
Penerapan strategi ini diharapkan mampu mengatasi hambatan scaffolding dan meningkatkan efektivitas pembelajaran.
No comments:
Post a Comment