Pages

Monday, October 21, 2024

TOPIK 2 EKSPLORASI KONSEP

 

          Anak yang tumbuh dalam kondisi ekonomi menengah ke bawah cenderung menghadapi lebih banyak hambatan dalam hal dukungan materi, sehingga sulit mendapatkan akses pendidikan yang lebih baik. Pola interaksi keluarga yang dipengaruhi oleh status sosial-ekonomi akan membentuk nilai, harapan, tuntutan, dan perkembangan kognitif yang berbeda. Sebagai contoh, keluarga dari kelas ekonomi menengah biasanya memiliki peluang keberhasilan yang lebih tinggi dengan menekankan pentingnya pendidikan dan kerja keras untuk masa depan yang lebih baik. Harapan ini tercermin dalam tugas, tuntutan, serta dialog keluarga. Pandangan ini selaras dengan sistem meritokrasi, yang menekankan penghargaan terhadap usaha dan kemandirian untuk mencapai tujuan. Sebaliknya, keluarga dari kelas ekonomi rendah cenderung memiliki pandangan yang berbeda, dengan partisipasi dalam pendidikan formal sering kali terbatas pada tingkat dasar. Artinya, anak-anak yang lahir dari keluarga yang lebih mampu secara  ekonomi mempunyai peluang lebih besar untuk berhasil secara akademis. Namun dampak status sosial ekonomi terhadap prestasi akademik siswa berbeda-beda. Untuk memahami peran status sosial-ekonomi dalam keberhasilan pendidikan, pertama-tama kita perlu memahami bagaimana status sosial-ekonomi mencakup berbagai aspek kehidupan siswa dan bagaimana status sosial-ekonomi dapat mempengaruhi hasil akademik

    SES memainkan peran yang signifikan dalam mempengaruhi akses, kualitas, dan hasil pendidikan khususnya di Indonesia. Secara umum, SES mengacu pada posisi individu atau keluarga dalam hierarki sosial berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan. Berikut beberapa cara konsep SES berdampak dalam pendidikan di Indonesia:

a.     Akses ke Pendidikan

1)    Ketimpangan Akses: Anak-anak dari keluarga dengan SES rendah seringkali menghadapi kesulitan untuk mengakses pendidikan berkualitas. Hal ini bisa disebabkan oleh keterbatasan finansial yang membuat mereka sulit untuk membayar biaya sekolah, buku, seragam, atau biaya lainnya.

2)    Fasilitas Pendidikan: Sekolah-sekolah di daerah terpencil atau dengan populasi yang memiliki SES rendah sering kali memiliki fasilitas yang terbatas dibandingkan dengan sekolah di daerah perkotaan atau yang dilayani oleh masyarakat dengan SES tinggi.

b.     Kualitas Pendidikan

1)    Guru dan Pengajaran: Sekolah di daerah dengan SES rendah seringkali kekurangan guru yang berkualitas, baik dari segi jumlah maupun kompetensi. Di sisi lain, sekolah-sekolah dengan SES tinggi biasanya memiliki guru yang lebih berpengalaman dan pelatihan yang lebih baik.

2)    Kurangnya Sumber Daya: Sekolah-sekolah di lingkungan dengan SES rendah mungkin memiliki sumber daya terbatas seperti akses ke teknologi, bahan ajar, laboratorium, atau perpustakaan yang memadai.

c.     Kesenjangan Hasil Pendidikan

1)    Prestasi Akademik: Anak-anak dari keluarga dengan SES tinggi cenderung memiliki akses lebih baik ke bimbingan belajar, lingkungan rumah yang mendukung, serta kegiatan ekstrakurikuler yang memperkaya pembelajaran mereka. Hal ini berdampak pada hasil akademik yang lebih baik dibandingkan anak-anak dari keluarga dengan SES rendah. Prestasi kelak berpengaruh pada pekerjaan yang didapatkan dan berpengaruh kepada pendapatan.

2)    Dropout dan Partisipasi Sekolah: Anak-anak dari keluarga dengan SES rendah lebih berisiko putus sekolah karena berbagai faktor, termasuk kebutuhan ekonomi keluarga yang memaksa mereka untuk bekerja sejak usia dini.

        Penerapan strategi pembelajaran inklusif dalam konteks perbedaan status sosial ekonomi (SES) di Indonesia mulai berkembang dalam beberapa sekolah, terutama yang mendukung pendidikan inklusi. Sekolah-sekolah ini berusaha menyesuaikan pendekatan mereka terhadap kebutuhan siswa yang berasal dari latar belakang ekonomi yang beragam, untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih adil dan merata.

Sebagai contoh, SD Negeri 1 Tanjung di Purwokerto adalah salah satu sekolah yang mengimplementasikan pendidikan inklusi dengan strategi pembelajaran adaptif. Guru-guru di sana berupaya menyesuaikan metode pengajaran dengan kondisi individu setiap siswa, termasuk siswa yang kesulitan belajar. Ini menunjukkan adanya adaptasi pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan spesifik siswa dari berbagai latar belakang, termasuk SES rendah, sehingga mereka tetap bisa mendapatkan pengalaman pendidikan yang setara dengan siswa lainnya. Pembelajaran di sekolah ini lebih berorientasi pada kebutuhan individu daripada mengikuti metode umum yang mungkin tidak sesuai untuk semua siswa​ (Nugroho, & Mareza, 2017)

Di kota lain, seperti Yogyakarta dan Bandung, sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif juga mengembangkan pendekatan pengajaran yang bersifat kolaboratif, di mana guru pendamping berperan penting dalam membantu siswa yang memiliki kebutuhan khusus serta siswa dari latar belakang sosial ekonomi yang kurang beruntung. Strategi ini mencakup penggunaan metode pembelajaran kooperatif dan diferensiasi dalam pengajaran, yang memungkinkan guru memberikan dukungan yang lebih personal​ (Rusmono, 2020) (Prastiwi & Abduh, 2013)

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa keberhasilan pendidikan inklusi dalam menghadapi tantangan perbedaan SES sangat dipengaruhi oleh kompetensi guru dan kolaborasi antara pihak sekolah, orang tua, dan komunitas. Guru diharapkan tidak hanya memiliki keterampilan mengajar yang baik tetapi juga memahami tantangan sosial-ekonomi yang dihadapi siswa mereka (Yusuf, Choiri, & Supratiwi, 2017)

Secara keseluruhan, meskipun tantangan besar masih ada dalam pelaksanaan strategi inklusif yang mempertimbangkan perbedaan SES, beberapa sekolah di Indonesia mulai berhasil menciptakan lingkungan belajar yang lebih adil dan inklusif.

 

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho,, A., & Mareza, L. (2017). MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, 145-156.

Prastiwi, Z., & Abduh, M. (2013). ImplementasiPembelajaran Inklusi di Sekolah Dasar. Jurnal Elementaria Edukasia, 668-682.

Rusmono, D. O. (2020). Optimalisasi Pendidikan Inklusi di Sekolah: Literature Review. J u r n a l M a n a j e m e n P e n d i d i k a n, 209-217.

Yusuf, M., Choiri, S., & Supratiwi, M. (2017). Evaluasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia. JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR BIASA, 4(2): 147-154.

 

 

No comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll

About Me

Nina Hardiana (PGSD 2)