Pages

Thursday, November 21, 2024

TOPIK 3 AKSI NYATA

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJUpiMNHZroUJbXOzZCLXnP1_UIuPCokCPGmLbUvdu_9t9oj2Ntu-RGnIMZfp8NbgBMlM0V1z39yBQGrhYzoz_GDkClp--12lOeBN5x4dmhrb8y0p26Aq4IITFUPTB_bQEFY6gLJa3hYMio-x3enexRuTsPadJWewn4Eru8Rod4pZhL-ouLWPBDwgc/s770/Untitled.jpg

1.       Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda sebagai guru?

Manfaat Pembelajaran untuk Kesiapan Sebagai Guru

a.     Kesadaran Sosial dan Inklusivitas
Memahami faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pendidikan membantu saya menjadi lebih peka terhadap ketimpangan dan kebutuhan siswa dari berbagai latar belakang. Hal ini penting untuk memastikan setiap siswa merasa dihargai dan memiliki akses yang sama.

b.     Penerapan Perspektif Pendidikan Kritis
Dengan pemahaman ini, saya dapat menerapkan strategi pembelajaran yang adil dan kritis terhadap ketimpangan. Misalnya, memastikan semua siswa mendapatkan perhatian yang setara dan mendesain pembelajaran yang relevan dengan latar belakang mereka.

c.     Kemampuan Beradaptasi dengan Konteks Lokal
Saya dapat menyesuaikan kurikulum dengan kearifan lokal dan memastikan bahwa budaya minoritas diakomodasi dalam proses pembelajaran.

d.     Peran Sebagai Agen Perubahan
Pembelajaran ini mendorong saya untuk tidak hanya mengajar tetapi juga menjadi bagian dari solusi, seperti mengadvokasi kebijakan yang mendukung pemerataan pendidikan.

2.     Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1-10? Apa alasannya? Penilaian Kesiapan Saat Ini (Skala 1–10) à 7/10
Alasan:

a.      Saya merasa memiliki dasar pemahaman yang cukup baik tentang isu ketidakadilan pendidikan dan pentingnya pendekatan kritis.

b.      Namun, saya masih perlu meningkatkan kemampuan praktis dalam menerapkan strategi inklusif di kelas yang beragam, seperti membuat modul pembelajaran berdiferensiasi dan melibatkan budaya lokal secara nyata.

3.     Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?

a.     Pengembangan Kompetensi Praktis

1.     Belajar membuat materi pembelajaran yang lebih adaptif dan relevan dengan kebutuhan siswa dari berbagai latar belakang.

2.     Mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam proses pembelajaran.

b.     Pemahaman Kebijakan Pendidikan : Mempelajari lebih dalam kebijakan pemerintah terkait pemerataan pendidikan untuk mengadvokasi perubahan yang adil.

c.     Pelatihan untuk Pendidikan Inklusif : Mengikuti pelatihan terkait strategi pembelajaran untuk siswa dengan kebutuhan khusus, termasuk anak-anak dengan disabilitas dan dari kelompok minoritas.

d.     Peningkatan Kemampuan Diskusi dan Advokasi

a.     Meningkatkan keterampilan dalam menyampaikan kritik konstruktif terhadap ketimpangan pendidikan dan berdialog dengan pemangku kepentingan.

Langkah-Langkah ke Depan

  1. Kolaborasi dengan Guru Lain
    Mengamati dan berdiskusi dengan guru-guru berpengalaman yang sudah menerapkan prinsip-prinsip pendidikan inklusif.
  2. Mengembangkan Inisiatif Lokal
    Membuat proyek sederhana yang mendukung siswa dari latar belakang kurang beruntung, misalnya program belajar tambahan gratis atau komunitas belajar berbasis budaya.
  3. Refleksi Berkelanjutan
    Secara rutin mengevaluasi praktik pembelajaran untuk memastikan inklusivitas dan relevansinya.

 

TOPIK 3 KONEKSI ANTAR MATERI

 Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?



TOPIK 3 ELABORASI PEMAHAMAN

1.     Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini?

Saya memahami bahwa isu-isu yang berkaitan dengan kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia adalah tantangan yang sangat kompleks. Indonesia, sebagai negara dengan keanekaragaman yang luar biasa, memiliki potensi besar dalam keberagamannya. Namun, di sisi lain, keragaman ini juga menghadirkan berbagai permasalahan, seperti konflik antarbudaya, kesenjangan ekonomi, dan ketegangan politik. Keragaman budaya yang terdiri dari ratusan suku, bahasa, dan adat istiadat sering kali menciptakan potensi miskomunikasi atau konflik nilai. Di samping itu, ketimpangan ekonomi yang terjadi antara wilayah atau kelompok masyarakat tertentu dapat memicu kecemburuan sosial dan diskriminasi.

Dinamika politik yang dipengaruhi oleh berbagai kepentingan, baik lokal maupun nasional, turut memperumit upaya mengatasi permasalahan ini. Keputusan-keputusan politik sering kali lebih mementingkan kepentingan kelompok tertentu daripada masyarakat luas. Dengan memahami hal ini, saya menyadari bahwa isu-isu tersebut bukan hanya tantangan yang bersifat lokal tetapi juga sistemik, sehingga memerlukan pendekatan yang komprehensif untuk mengatasinya.

Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai?

Sebelum pembelajaran ini, saya berpikir bahwa masalah-masalah sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam masyarakat multikultural dapat diselesaikan sepenuhnya jika kita memiliki sistem yang ideal. Namun, setelah memahami topik ini lebih dalam, saya menyadari bahwa menghilangkan isu-isu tersebut secara total adalah sesuatu yang sangat sulit, bahkan mungkin tidak realistis. Hal baru yang saya pahami adalah bahwa pendekatan yang lebih efektif adalah mengurangi dampak negatif dari isu-isu tersebut melalui pendidikan, kebijakan yang inklusif, dan penguatan nilai toleransi dalam masyarakat.

Saya juga memahami bahwa pendidikan adalah kunci penting dalam menanamkan nilai kebhinekaan dan memfasilitasi dialog antarbudaya. Pendidikan yang berbasis pada penghargaan terhadap keberagaman mampu membantu siswa untuk memahami dan menerima perbedaan. Selain itu, kebijakan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketimpangan sosial yang sering menjadi pemicu konflik. Hal ini mengubah cara pandang saya, dari sekadar berharap bahwa permasalahan bisa "hilang", menjadi fokus pada cara mengelola keberagaman agar dampak negatifnya dapat diminimalkan.

Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?

Saya ingin mempelajari lebih dalam tentang strategi konkret yang telah terbukti efektif dalam mengurangi dampak isu-isu sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam masyarakat multikultural, baik di Indonesia maupun di negara lain. Khususnya, saya ingin memahami bagaimana pendidikan berbasis multikultural dapat diimplementasikan secara efektif dalam sistem pendidikan Indonesia.

Selain itu, saya ingin mempelajari lebih lanjut tentang kebijakan dan program yang telah berhasil menciptakan masyarakat yang inklusif dan adil, terutama dalam konteks mengurangi ketimpangan ekonomi dan memfasilitasi dialog antarbudaya. Saya juga tertarik untuk mendalami peran pendidik sebagai agen perubahan sosial, khususnya dalam membangun kesadaran kritis siswa terhadap keberagaman, toleransi, dan pentingnya kolaborasi dalam masyarakat yang majemuk. Dengan demikian, saya berharap dapat berkontribusi pada upaya menciptakan masyarakat yang harmonis meskipun tetap memiliki perbedaan yang beragam.

 


TOPIK 3 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL

 Apa hal penting yang Anda pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok (bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri)?

Dari proses demonstrasi kontekstual yang dilakukan bersama kelompok, saya mendapatkan beberapa pembelajaran penting berikut:

a. Konteks dalam Pembelajaran:
Demonstrasi ini menekankan bahwa memahami dan mempertimbangkan konteks sosial, budaya, ekonomi, dan politik sangat penting dalam merancang serta menyampaikan pembelajaran. Konteks berperan sebagai dasar untuk memahami siswa, merancang strategi pembelajaran yang relevan, dan menciptakan lingkungan yang inklusif.

b. Kolaborasi dan Pembelajaran Kolektif:
Kerja kelompok dalam demonstrasi menunjukkan pentingnya kolaborasi. Diskusi dan pertukaran ide membuka wawasan baru, memperkaya pemahaman, serta memungkinkan pembelajaran dari pengalaman dan pengetahuan satu sama lain.

c. Relevansi Materi dengan Kehidupan Siswa:
Pengalaman ini menggarisbawahi perlunya menjadikan materi pembelajaran sesuai dengan realitas siswa. Pemahaman mendalam tentang latar belakang siswa, keragaman budaya, dan tantangan ekonomi membantu menciptakan pembelajaran yang bermakna dan relevan untuk kehidupan mereka sehari-hari.

d. Refleksi Diri sebagai Pendidik:
Demonstrasi ini memberikan ruang untuk merefleksikan peran sebagai pendidik, khususnya dalam memperhatikan aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam proses pembelajaran. Hal ini mendorong saya untuk mempertanyakan dan memahami lebih dalam peran pendidik sebagai agen perubahan.

e. Adaptasi dan Fleksibilitas:
Melalui demonstrasi, saya belajar bahwa pendidik perlu mampu menyesuaikan strategi pembelajaran dengan dinamika yang ada. Fleksibilitas dalam merespons perubahan dan kebutuhan siswa menjadi keterampilan penting yang harus dimiliki.

TOPIK 3 RUANG KOLABORASI

Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang kolaborasi?

Berikut saya cantumkan video presentasi kami :

 


Pada ruang kolaborasi, kami belajar tentang perbandingan sekolah yang ada di desa dan sekolah yang ada di kota/kabupaten. Sekolah yang kami ambil yaitu SD 2 Batuwarno dan SD MUHAMMADIYAH INOVATIF BATURETNO. Kedua sekolah tersebut sangat berbeda. 

Yang pertama kami menyoroti problematika yang terjadi selama proses pembelajaran : 

Kedua sekolah menghadapi masalah yang berkaitan dengan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, meskipun SD Batuwarna lebih fokus pada masalah motivasi dan keterlibatan langsung di kelas, sementara SD Muhammadiyah Inovatif Baturetno menghadapi tantangan lebih besar dalam aksesibilitas teknologi.

Yang kedua, kami menyoroti dari perbedaan latar belakang sosial yang terjadi di kelas :

Perbedaan mendasar terletak pada nilai-nilai sosial yang diinternalisasi di sekolah. Di SD Batuwarna, latar belakang sosial lebih dipengaruhi oleh status ekonomi, sementara di SD Muhammadiyah Inovatif Baturetno, latar belakang sosial lebih banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai keagamaan yang dijadikan dasar pembelajaran.

Yang ketiga kami menyoroti tentang strategi atau pendekatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru

Pendekatan pembelajaran di SD Batuwarna lebih tradisional dengan penekanan pada ceramah dan tugas tertulis, sedangkan di SD Muhammadiyah Inovatif Baturetno, pendekatan yang digunakan lebih modern dengan integrasi teknologi dan pendekatan berbasis proyek, serta lebih menekankan pada pengembangan karakter siswa.

 

 


TOPIK 3 EKSPLORASI KONSEP

 Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?

Dari perspektif pendidikan kritis, faktor ekonomi, politik, sosial, dan budaya sangat memengaruhi eksklusivitas dan kesenjangan dalam proses pembelajaran di sekolah, serta memperparah ketidakmerataan pendidikan. Berikut pengaruh dari masing-masing faktor tersebut :

a.     Faktor Ekonomi dalam Kesenjangan Pendidikan

Faktor ekonomi sering kali menjadi penyebab utama ketidakmerataan pendidikan. Sekolah-sekolah yang berada di wilayah dengan ekonomi maju atau berpenghasilan tinggi cenderung memiliki fasilitas yang lebih lengkap, tenaga pengajar yang lebih berkualitas, dan dukungan dana yang memadai. Di sisi lain, sekolah di daerah pedesaan atau miskin kekurangan fasilitas, tenaga pendidik berkualitas, dan dana. Kondisi ini memunculkan fenomena di mana pendidikan lebih dapat diakses oleh mereka yang memiliki "modal ekonomi," sementara kelompok yang kurang mampu sering kali termarginalkan. Hal ini sesuai dengan pandangan Freire (2010) yang menekankan pentingnya ruang emansipasi bagi kelompok tertindas agar dapat menikmati pendidikan yang layak.

b.     Faktor Politik dalam Eksklusivitas Pendidikan

Kebijakan pendidikan yang diterapkan seringkali bersifat eksklusif karena adanya pengaruh politik. Kepentingan politik dapat menciptakan kebijakan yang lebih berpihak pada kelompok tertentu, terutama yang memiliki akses ke kekuasaan atau pengaruh politik. Hal ini menyebabkan beberapa sekolah lebih diuntungkan dengan sumber daya yang lebih besar, sementara sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil sering kali diabaikan. Teori Gramsci tentang dominasi kekuasaan mendukung pandangan ini, di mana hegemoni politik berperan dalam membentuk struktur pendidikan yang tidak setara. Kebijakan pemerintah diharapkan lebih adil dan berpihak pada pemerataan pendidikan agar tidak ada kesenjangan antara sekolah di daerah terpencil dan perkotaan.

c.     Faktor Sosial dalam Proses Pembelajaran

Faktor sosial yang meliputi status sosial, pekerjaan orang tua, dan latar belakang keluarga juga memainkan peran penting dalam menciptakan kesenjangan. Misalnya, siswa dari keluarga dengan status sosial rendah sering kali harus membantu ekonomi keluarga, yang mengganggu partisipasi mereka dalam pendidikan. Penelitian dari Ratner (2000) mengidentifikasi bahwa anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah sering kali memiliki akses yang lebih terbatas ke guru, duduk di posisi yang jauh dari guru, dan mengalami fasilitas yang kurang layak. Perbedaan perlakuan ini dapat memperburuk persepsi diri dan motivasi belajar mereka, yang akhirnya berdampak pada partisipasi dalam proses pendidikan.

d.     Faktor Budaya dalam Ketidakadilan Pendidikan

Budaya dapat menghambat akses pendidikan, terutama bagi kelompok-kelompok yang memiliki nilai budaya tertentu. Di beberapa daerah, anak perempuan lebih cepat dikeluarkan dari pendidikan atau dinikahkan, yang menghambat kesempatan belajar mereka. Budaya lokal juga dapat mempengaruhi kurikulum dan kegiatan pembelajaran, di mana norma dominan sering kali mendikte apa yang diajarkan. Teori pendidikan kritis menekankan pentingnya inklusi budaya minoritas dalam kurikulum agar semua kelompok budaya merasa diakomodasi dan diakui dalam proses pendidikan. 

Perbedaan kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan politik antar institusi pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia masih belum merata. Penelitian seperti yang dilakukan oleh Irwansyah (2019) menunjukkan bahwa eksklusivitas dalam pendidikan di Indonesia nyata terlihat. Sekolah-sekolah yang berada di daerah perkotaan sering kali memberikan peluang lebih besar bagi siswa dengan latar belakang ekonomi menengah ke atas, sementara anak-anak dari keluarga miskin atau daerah terpencil sulit mendapatkan akses yang sama. Ketimpangan ini memperkuat struktur sosial yang tidak adil, di mana pendidikan, yang seharusnya menjadi alat untuk mobilitas sosial, justru memperburuk kesenjangan sosial. 

Sebagai calon guru, penting untuk menyadari dan mengkritisi isu ketidakadilan dalam pendidikan yang terjadi di lingkungan sekitar. Pendidikan seharusnya menjadi sarana inklusif, bukan eksklusif, yang memberikan akses setara bagi semua peserta didik. Kritik utama yang dapat diajukan adalah:

    1. Mendorong Pemerataan Anggaran: Mengadvokasi kebijakan yang mendistribusikan anggaran pendidikan secara merata di seluruh wilayah.
    2. Inklusivitas Budaya dalam Kurikulum: Mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dalam kurikulum agar siswa dari berbagai latar belakang merasa diakomodasi dan dihargai.
    3. Akses Pendidikan bagi Kelompok Marjinal: Mendorong kebijakan inklusif yang memberikan prioritas kepada siswa dari kelompok minoritas, anak perempuan, dan anak-anak dengan disabilitas untuk mendapatkan pendidikan berkualitas.

Melalui pendekatan pendidikan kritis, peran guru dapat diperluas sebagai agen perubahan yang berupaya menciptakan lingkungan belajar yang adil dan inklusif, di mana semua siswa, tanpa terkecuali, memiliki kesempatan yang setara untuk berkembang sesuai potensinya. 

TOPIK 3 MULAI DARI DIRI

Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?



Saya menyadari bahwa sekolah tempat saya belajar dulu dan sekolah lain diluar sana, khususnya yanh ada di video sangat jauh berbeda. Saya juga menyadari ada banyak sekali perbedaan fasilitas, budaya dll. Tentunya hal itu sangat dipengaruhi karena adanya perbedaan aspek sosial, budaya, ekonomi dan politik. Sebagai seorang guru, sebelum memulai proses pembelajaran, saya membayangkan adanya tantangan yang kompleks dalam merancang dan mengelola pembelajaran dengan mempertimbangkan aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Saya memahami bahwa keragaman latar belakang siswa, nilai-nilai lokal, serta konteks sosial masyarakat akan sangat memengaruhi dinamika di dalam kelas. Saya juga memprediksi akan menghadapi kendala dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan relevan bagi semua siswa, sekaligus memperhatikan isu-isu sosial dan politik yang mungkin berpengaruh. Namun, saya menyadari bahwa pemahaman saya tentang realitas sosial dan budaya siswa masih terbatas, termasuk cara mengintegrasikan faktor-faktor tersebut ke dalam strategi pengajaran. Saya percaya bahwa kesadaran terhadap aspek ekonomi dan politik dapat membantu siswa mengembangkan perspektif kritis terhadap dunia sekitar mereka.

 

Blogger news

Blogroll

About Me

Nina Hardiana (PGSD 2)