Manfaat memahami pengaruh status sosial ekonomi terhadap pendidikan anak bagi kesiapan sebagai guru sangatlah penting. Beberapa manfaat utamanya adalah:
Pemahaman Lebih Mendalam tentang Siswa: Mengetahui bahwa kondisi sosial ekonomi siswa dapat mempengaruhi motivasi belajar, akses terhadap sumber belajar, dan prestasi akademik membantu guru merencanakan strategi pembelajaran yang inklusif.Pendekatan yang Lebih Fleksibel: Guru dapat menyesuaikan metode pengajaran berdasarkan kebutuhan dan keterbatasan yang dihadapi oleh siswa dari latar belakang ekonomi berbeda. Ini membantu menciptakan lingkungan yang adil dan ramah bagi semua siswa.Empati dan Dukungan Emosional: Menyadari faktor sosial-ekonomi memungkinkan guru memberikan dukungan emosional yang lebih baik kepada siswa yang mungkin mengalami tantangan di rumah, sehingga mereka merasa lebih termotivasi dan didukung.Mendorong Keadilan Pendidikan: Dengan menyadari kesenjangan yang ada, guru dapat berupaya mengurangi disparitas melalui upaya seperti menyediakan sumber belajar tambahan atau melibatkan keluarga dalam proses pendidikan secara lebih intensif.Kesiapan dalam skala 1-10:
Saya menilai kesiapan saya berada di angka 7. Alasan saya adalah saya sudah memiliki pemahaman dasar mengenai bagaimana status sosial ekonomi mempengaruhi pendidikan anak, dan saya telah belajar strategi untuk mengatasi tantangan ini di kelas. Namun, saya merasa masih ada ruang untuk peningkatan, terutama dalam praktik langsung di kelas dan mengelola dinamika yang mungkin muncul terkait hal ini.
Persiapan lebih lanjut yang diperlukan:
Pelatihan Praktis: Saya perlu lebih banyak pengalaman langsung melalui praktik mengajar atau observasi, khususnya di sekolah-sekolah dengan siswa dari beragam latar belakang sosial-ekonomi.Pengembangan Strategi Pengajaran yang Spesifik: Saya harus memperdalam kemampuan merancang materi dan metode pembelajaran yang inklusif serta memastikan semua siswa dapat berpartisipasi secara optimal, terlepas dari kondisi sosial-ekonomi mereka.Keterampilan Kolaborasi dengan Orang Tua: Perlu meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang tua atau wali siswa, terutama dalam situasi di mana dukungan di rumah mungkin terbatas karena kendala sosial-ekonomi.
Tuesday, October 22, 2024
TOPIK 2 AKSI NYATA
Monday, October 21, 2024
TOPIK 2 KONEKSI ANTAR MATERI
Perbedaan sosio-ekonomi antara keluarga kelas menengah dan rendah dapat mempengaruhi jalur perkembangan anak, termasuk keyakinan, nilai, dan praktik yang ditanamkan oleh keluarga. Berikut adalah bagaimana perbedaan ini berkaitan dengan beberapa aspek penting dalam pendidikan, seperti pembelajaran berdiferensiasi, pemahaman peserta didik dan pembelajarannya, filosofi pendidikan Indonesia, serta prinsip asesmen dan pengajaran:
1. Pembelajaran Berdiferensiasi
Hubungannya dengan Perbedaan Sosio-ekonomi:
- Pembelajaran berdiferensiasi adalah strategi untuk menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan setiap peserta didik. Perbedaan sosio-ekonomi dapat memengaruhi akses peserta didik terhadap sumber daya, waktu belajar di rumah, dan keterlibatan keluarga, sehingga pembelajaran berdiferensiasi sangat penting dalam menangani variasi ini.
Keterkaitannya:
- Anak-anak dari keluarga kelas menengah mungkin memiliki lebih banyak akses terhadap teknologi, buku, dan program ekstrakurikuler, sehingga lebih siap dan beragam dalam kemampuan belajar. Mereka mungkin lebih terbuka terhadap berbagai gaya belajar.
- Anak-anak dari keluarga kelas rendah mungkin membutuhkan lebih banyak dukungan, baik dalam hal materi belajar maupun perhatian personal dari guru. Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan guru menyesuaikan pembelajaran dengan kondisi mereka, memastikan bahwa siswa yang kurang memiliki sumber daya tetap bisa belajar dengan efektif.
2. Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya
Hubungannya dengan Perbedaan Sosio-ekonomi:
- Pemahaman peserta didik berarti mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi cara mereka belajar, seperti latar belakang keluarga, pengalaman hidup, serta kebutuhan individu mereka. Status sosio-ekonomi memengaruhi kondisi rumah, peran keluarga dalam pendidikan, serta pengalaman anak di luar sekolah, yang semuanya berdampak pada pembelajaran.
Keterkaitannya:
- Anak dari keluarga kelas menengah cenderung memiliki waktu dan dukungan yang lebih baik dari keluarga dalam mengembangkan kebiasaan belajar yang baik. Mereka mungkin lebih sering didorong untuk berpikir kritis dan kreatif karena lingkungan keluarga yang suportif.
- Anak dari keluarga kelas rendah mungkin menghadapi lebih banyak tantangan seperti kekurangan sumber daya atau perhatian dari orang tua, yang berdampak pada motivasi dan kemandirian belajar. Pemahaman tentang kondisi ini penting untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat bagi mereka.
3. Filosofi Pendidikan Indonesia
Hubungannya dengan Perbedaan Sosio-ekonomi:
- Filosofi pendidikan Indonesia, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 dan Pancasila, menekankan pendidikan sebagai hak setiap warga negara serta pentingnya pendidikan yang adil dan inklusif. Dalam konteks ini, sistem pendidikan harus berupaya untuk menjembatani kesenjangan yang disebabkan oleh perbedaan sosio-ekonomi.
Keterkaitannya:
- Pendidikan harus mendorong pengembangan karakter, keterampilan, dan nilai-nilai moral bagi semua peserta didik, tanpa memandang latar belakang sosio-ekonomi. Filosofi ini menuntut adanya perhatian khusus bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk mendapatkan kesempatan yang setara dalam pendidikan.
- Program-program pendidikan di Indonesia, seperti Program Indonesia Pintar (PIP), bertujuan untuk memberikan akses pendidikan bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu. Hal ini selaras dengan filosofi bahwa setiap anak memiliki hak untuk belajar dan berkembang.
4. Prinsip Asesmen dan Pengajaran
Hubungannya dengan Perbedaan Sosio-ekonomi:
- Prinsip asesmen yang baik adalah menilai kemampuan siswa secara adil dan holistik. Anak-anak dari keluarga kelas menengah mungkin memiliki keuntungan lebih dalam hal kemampuan literasi, akses materi, atau keterlibatan orang tua dalam belajar di rumah, yang dapat memengaruhi hasil asesmen mereka.
Keterkaitannya:
- Anak-anak dari keluarga kelas menengah mungkin lebih familiar dengan format ujian atau jenis tugas yang diberikan oleh guru, karena mereka memiliki lebih banyak kesempatan untuk berlatih dan mendapatkan bantuan dari orang tua. Ini bisa membuat hasil asesmen mereka lebih tinggi, meskipun potensi akademik sebenarnya mungkin sebanding dengan siswa lain.
- Anak-anak dari keluarga kelas rendah mungkin memerlukan bentuk asesmen yang lebih beragam dan adaptif, yang tidak hanya bergantung pada ujian tulis atau tugas rumah. Prinsip asesmen formatif dan summatif yang lebih fleksibel akan membantu mengukur kemampuan mereka secara lebih adil, misalnya dengan menggunakan proyek, presentasi, atau asesmen berbasis performa.
Ringkasan Keterkaitan
- Perbedaan sosio-ekonomi memengaruhi akses sumber daya dan kesiapan siswa untuk belajar, yang harus diatasi dengan pembelajaran berdiferensiasi.
- Pemahaman peserta didik mengharuskan guru untuk mengenali bahwa siswa dari keluarga berbeda mungkin membutuhkan dukungan yang berbeda pula dalam pembelajaran.
- Filosofi pendidikan Indonesia menuntut pendidikan yang adil, di mana semua siswa, tanpa memandang status ekonomi, harus mendapatkan kesempatan yang setara.
- Asesmen yang adil harus mempertimbangkan latar belakang siswa dan memberikan variasi dalam metode penilaian agar sesuai dengan kondisi yang berbeda-beda.
Dengan pendekatan yang sensitif terhadap perbedaan ini, diharapkan pendidikan dapat membantu mengatasi kesenjangan dan memaksimalkan potensi setiap anak.
TOPIK 2 ELABORASI PEMAHAMAN
Hal yang saya pahami dari topik ini adalah : saya menyadari bahwa pengaruh status sosio-ekonomi jauh lebih luas dan mendalam. Ini tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan sumber daya, tetapi juga mencakup perbedaan dalam cara orang tua terlibat dalam pendidikan, ekspektasi budaya, tingkat stres yang dialami siswa, serta pengalaman hidup sehari-hari yang memengaruhi kesiapan belajar mereka. Lebih lanjut, status sosio-ekonomi juga memengaruhi aspek emosional dan sosial siswa, yang dapat memengaruhi rasa percaya diri, aspirasi akademik, serta hubungan mereka dengan teman sebaya dan guru.
Dengan pemahaman ini, jelas bahwa pendidikan perlu lebih adaptif, adil, dan sensitif terhadap perbedaan latar belakang siswa, serta bahwa peran guru dan sekolah sangat penting dalam menjembatani kesenjangan tersebut.
Setelah mempelajari lebih lanjut mengenai dampak status sosio-ekonomi dalam pendidikan, saya memahami bahwa pengaruhnya jauh lebih kompleks dan meluas daripada yang saya bayangkan sebelumnya. Di awal, saya hanya mengaitkan status ekonomi dengan akses terhadap sumber daya fisik, seperti buku, teknologi, dan fasilitas belajar. Namun, setelah pembelajaran, saya menyadari bahwa status sosio-ekonomi juga memengaruhi cara pandang orang tua terhadap pendidikan, kesiapan emosional siswa, pengalaman pra-sekolah, lingkungan rumah yang mendukung atau tidak mendukung belajar, serta hubungan sosial siswa di sekolah. Selain itu, saya juga memahami bahwa perbedaan status sosio-ekonomi menciptakan kesenjangan dalam dukungan keluarga, motivasi belajar, dan kemampuan guru untuk menyesuaikan pembelajaran agar memenuhi kebutuhan siswa yang berbeda.
Saya ingin mempelajari lebih lanjut tentang strategi konkret yang dapat digunakan oleh guru dan sekolah untuk menjembatani kesenjangan sosio-ekonomi di dalam kelas. Saya tertarik untuk memahami bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dan intervensi pendidikan dapat diimplementasikan secara efektif untuk siswa dari latar belakang sosio-ekonomi yang berbeda. Selain itu, saya ingin mempelajari lebih dalam tentang kebijakan pendidikan yang ada, baik di Indonesia maupun negara lain, yang berhasil dalam mengurangi kesenjangan ini, serta bagaimana dukungan dari komunitas dan keluarga dapat diperkuat dalam konteks pendidikan.
TOPIK 2 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL
Salah satu pelajaran penting yang saya dapatkan dari demonstrasi kontekstual ini adalah kemampuan untuk bekerja sama dalam tim. Setiap anggota kelompok memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi latar belakang sosial, agama, maupun budaya, yang memengaruhi cara pandang mereka. Pengalaman ini mengajarkan saya untuk menghormati dan menghargai perbedaan tersebut. Kami belajar berkomunikasi secara efektif untuk mencapai kesepakatan bersama, serta saling mendukung, memberikan masukan, dan berbagi ide, sehingga dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan baik.Selain itu, ketika mendengarkan presentasi dari kelompok lain, saya semakin menyadari pentingnya ungkapan “setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda.” Meskipun kelima kelompok menganalisis video yang sama, yaitu tentang dua anak yang berasal dari keluarga yang berbeda dan bagaimana keadaan keluarga tersebut mempengaruhi dalam proses pendidikan masing-masing anak dan kemiskinan yang berpengaruh terhadap pendidikan seorang anak namun hasil analisis yang dihasilkan sangat bervariasi. Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa sebagai calon guru, saya akan menghadapi siswa dengan latar belakang yang beragam dan perlu menghadapi tantangan dalam menyatukan pemahaman mereka terhadap suatu materi.
TOPIK 2 RUANG KOLABORASI
Pada ruang kolaborasi, kami berdiskusi tentang 2 video, berikut kedua video tersebut
Selain itu, kami juga berdiskusi jurnal dengan judul : Bagaimana Upaya Guru Memperhatikan Siswa Berlatar Status Sosial Ekonomi Rendah di Sekolah Dasar?Hasil dari diskusi kami adalah :
Faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam interaksi sosial
Faktor sosial dan budaya
Video 1 : Terjadi ketimpangan antara anak dari keluarga miskin dan kaya. Anak dari keluarga miskin mempunyai kesempatan melanjutkan ke sekolah lebih sedikit dibandingkan anak dari keluarga kaya. 40% anak dari keluarga kaya mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini sedangkan anak dari keluarga miskin 16%. Anak dari keluarga kaya peluang lulus SD 99%, peluang lulus SMP 89% dan peluang lulus SMA 74% sehingga kesempatan melanjutkan ke perguruan tinggi cukup besar. Anak dari keluarga miskin mempunyai peluang lulus SD 90%, lulus SMP 59% dan lulus SMA 29 % sehingga kesempatan melanjutkan ke perguruan tinggi kecil.
Video 2 : Terjadi ketimpangan atau perbedaan antara anak-anak yang tumbuh dari keluarga miskin dan keluarga tidak miskin. Ketimpangan tersebut mengakibatkan terjadi perbedaan tingkat pendidikan dan berdampak pada pendapatan mereka. Anak dari keluarga miskin ketika bekerja mendapat penghasilan 87% lebih rendah dibanding anak keluarga tidak miskin.
Jurnal : Pendidikan orang tua peserta didik paling banyak hanya sampai pada tamatan SLTP bahkan SD. Hal tersebut mempengaruhi perhatian dan motivasi yang diberikan orang tua kepada anak dikarenakan orang tua kurang dalam memperhatikan anak dan memilih sibuk bekerja. Faktor status sosial orang tua mendukung prestasi belajar peserta didik. Jika status sosial orang tua tinggi ataupun sedang maka akan bisa memenuhi berbagai fasilitas belajar yang diperlukan anaknya. Dengan fasilitas belajar yang bisa terpenuhi maka anak/peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi prestasi belajar yang diraihnya.
Faktor ekonomi
Video 1 : Faktor kondisi ekonomi anak dari keluarga miskin tidak mendapatkan kesempatan periksa di fasilitas kesehatan akhirnya kondisi kehamilan tidak terpantau dengan baik sehingga lahir dengan berat badan kurang. Anak dari keluarga miskin tidak mendapatkan kesempatan imunisasi sehingga daya tahan tubuhnya tidak sama dengan anak yang mendapatkan imunisasi lengkap. Anak dari keluarga miskin tidak mendapatkan kesempatan sanitasi yang baik sehingga menyebabkan diare dan menyebabkan stunting.
Video 2 : Faktor kondisi ekonomi anak dari keluarga miskin menjadi salah satu penyebab yang mempengaruhi keberhasilan seorang anak di masa mendatang. Faktor ekonomi mempengaruhi variabel dalam hal tingkat keberhasilan anak :
Lama pendidikan yang ditempuh
Nilai mata pelajaran matematika
Lingkungan rumah tangga (sanitasi air, listrik, dsb)
Jurnal : Seluruh peserta didik yang ada di SD Negeri Ringinsari hampir keseluruhan merupakan peserta didik dengan status ekonomi rendah. Pekerjaan orang tua peserta didik rata-rata bekerja sebagai buruh, kemudian diikuti petani, kemudian wirausaha. Kemudian tingkat pendapatan orang tua setiap bulannya, menurut data yang di dapatkan di SD Negeri Ringinsari mayoritas tergolong menengah ke bawah.
Faktor politik
Video 1 : Faktor politik yang berkaitan dengan aturan pemerintah misal, periksa hamil gratis di puskesmas, imunisasi dasar gratis, posyandu, apabila benar-benar optimal penerapannya, maka Dewi dan Putri mendapatkan kesempatan yang sama.
Pada video tersebut tersirat bahwa kinerja pemerintah kurang mampu dalam mengatasi masalah kemiskinan yang ada di daerah tersebut. Kemiskinan hal yang akan sangat berdampak pada beberapa aspek kehidupan. Kebijakan- kebijakan pemerintah berpotensi menjadikan seseorang tidak mendapatkan pendidikan dengan layak. Makanan yang bergizi, jaminan kesehatan, fasilitas penunjang kognitif, afektif, dan psikomotor seseorang sehingga menjadikan nya terbatas dalam berbagai hal. Dari beberapa aspek yang tidak dapat diperolehnya, maka ia akan terbatas untuk melakukan suatu hal untuk merubah keadaan sosial hidupnya.
Video 2: Kebijakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melalui Kemenko PMK (Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan). Upaya yang dilakukan oleh Kemenko PMK adalah dengan melakukan intervensi melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Tujuannya untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. PKH memberikan bantuan sosial berupa uang tunai kepada keluarga kurang mampu dengan syarat tertentu, seperti:
Pendidikan: Memastikan anak-anak dalam keluarga tersebut bersekolah dan tidak putus pendidikan.
Kesehatan: Mendorong keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan memanfaatkan layanan kesehatan.
Pemberdayaan: Mendorong keluarga untuk mengikuti program pemberdayaan ekonomi, seperti pelatihan keterampilan.
Dengan intervensi ini, Kemenko PMK berupaya untuk meningkatkan akses pendidikan dan kesehatan, serta memberdayakan masyarakat untuk keluar dari jeratan kemiskinan secara berkelanjutan. Pada kenyataanya, program PKH dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun belum dapat menyelesaikan permasalahan kemiskinan secara signifikan.
Jurnal : Sarana prasarana yang diberikan dari pemerintah adalah melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Apabila ada yang tidak mampu membayar Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan seragam maka dari pihak guru akan melakukan rapat terlebih dahulu dan biasanya untuk peserta didik yang tidak mampu membayar buku maka akan diambilkan BOS.
Berdasarkan sumber 3, cara guru/pengajar tersebut memperhatikan status sosio-ekonomi di dalam kelas dalam proses pembelajaran, yaitu:
Guru di SD Negeri Ringinsari memfasilitasi peserta didik SSE rendah dengan menerapkan strategi pembelajaran, komunikasi, serta sarana prasarana yang sedikit berbeda dengan peserta didik lainnya.
Strategi Pembelajaran Strategi
Strategi pembelajaran yang diberikan dari guru kepada semua peserta didik di SD Negeri Ringinsari rata-rata sama. Namun ada sedikit perbedaan, yakni saat pembelajaran berlangsung di kelas, pasti semua peserta didik terlihat sangat antusias, kemudian jika ada peserta didik yang terlihat kurang antusias guru mendekati peserta didik dan berkomunikasi hal apa yang membuatnya kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran kali ini. Kemudian strategi yang dilakukan guru adalah memberikan jam tambahan kepada peserta didik SSE rendah yang kurang dalam pembelajaran. Pemberian jam tambahan belajar dapat membantu peserta didik dalam memahami materi yang belum dimengerti karenanya layanan bimbingan ini juga dapat membantu peserta didik untuk lebih mendalami materi dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan guru dengan peserta didik SSE rendah, yakni dengan cara memberi nasihat kepada peserta didik tersebut untuk rajin belajar dan guru selalu memberikan semangat kepada peserta didik, kemudian ketika sampai rumah, guru menginstruksikan kepada peserta didik untuk belajar mengulang materi yang telah didapat di sekolah.
Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana yang diberikan dari sekolah, yakni seragam dan buku paket yang dipinjami dari pihak sekolah. Untuk buku Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dari pihak peserta didik membeli dengan uang pribadi. Namun, apabila ada keluhan dari orang tua peserta didik mengenai masalah tidak mampu membayar buku Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), maka dari pihak guru akan melakukan rapat terlebih dahulu dan biasanya untuk peserta didik yang tidak mampu membayar buku maka akan diambilkan dari uang Bantuan Operasional Sekolah (BOS), atau terkadang dari pihak guru melakukan iuran untuk meringankan pembayaran buku peserta didik yang tidak mampu membayar tersebut.
Cara lain yang akan kami lakukan selain yang sudah diterapkan guru/pengajar tersebut, yaitu:
Sebagai seorang guru, ada beberapa program dan pendekatan lain yang bisa digunakan untuk membantu memberantas kemiskinan melalui pendidikan. Berikut adalah beberapa program dan strategi yang relevan menurut kelompok kami:
Program Indonesia Pintar (PIP)
Program Indonesia Pintar adalah bagian dari upaya pemerintah dalam memperluas akses pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin. Program ini memberikan bantuan berupa Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang memungkinkan anak-anak dari keluarga prasejahtera untuk mendapatkan bantuan dana guna melanjutkan pendidikan mereka.
Peran Guru: Guru bisa berperan aktif dengan mengidentifikasi peserta didik yang membutuhkan dan membantu proses pengajuan KIP. Selain itu, guru dapat memastikan bahwa anak-anak yang mendapatkan KIP tetap berprestasi dan termotivasi untuk menyelesaikan pendidikan mereka.
Sekolah Ramah Anak
Sekolah Ramah Anak adalah program pendidikan yang bertujuan menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan inklusif bagi semua peserta didik, termasuk yang berasal dari latar belakang ekonomi yang rendah. SRA memberikan pendekatan holistik, termasuk kebijakan untuk menangani masalah-masalah sosial-ekonomi yang dapat mempengaruhi proses belajar peserta didik.
Peran Guru: Guru memiliki peran penting dalam menciptakan suasana kelas yang inklusif dan memberikan dukungan psikologis bagi peserta didik yang menghadapi kesulitan ekonomi. Dengan demikian, peserta didik dapat merasa termotivasi dan mampu bersaing secara akademis meskipun menghadapi keterbatasan.
Program Literasi Keuangan
Literasi keuangan di sekolah bisa membantu memberantas kemiskinan secara tidak langsung dengan membekali peserta didik dengan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan sejak dini. peserta didik dapat belajar mengenai pengelolaan tabungan, investasi kecil, hingga kewirausahaan.
Peran Guru: Guru dapat mengintegrasikan materi literasi keuangan dalam pelajaran, atau menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler yang fokus pada kewirausahaan dan pengelolaan keuangan. Ini penting untuk mengubah mindset peserta didik dalam mengelola keuangan pribadi di masa depan.
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
Pendekatan ini memungkinkan peserta didik untuk belajar melalui proyek nyata yang relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya, peserta didik dapat membuat proyek kewirausahaan kecil atau inisiatif sosial yang berhubungan dengan solusi untuk masalah kemiskinan di komunitas mereka.
Peran Guru: Guru bisa mendesain proyek yang menuntun peserta didik untuk memecahkan masalah ekonomi di komunitas mereka, seperti kewirausahaan, pertanian organik, atau program pengolahan limbah. Ini bisa membantu peserta didik membangun keterampilan hidup yang praktis dan relevan.
Program Pendidikan Kewirausahaan
Pendidikan kewirausahaan di sekolah bertujuan untuk memberikan peserta didik keterampilan dasar yang dapat membantu mereka memulai bisnis kecil di masa depan, terutama bagi peserta didik dari keluarga kurang mampu. Program ini bisa berupa pendidikan formal maupun ekstrakurikuler.
Peran Guru: Guru dapat memberikan pembelajaran tentang konsep dasar kewirausahaan dan membantu peserta didik mengembangkan ide bisnis kecil yang dapat mereka kembangkan setelah menyelesaikan pendidikan. Guru juga bisa bekerjasama dengan pelaku industri lokal untuk memberikan pengalaman langsung.
Pendekatan Individual dan Pendidikan yang Inklusif
Guru menggunakan metode pendekatan yang memperhatikan kebutuhan dan latar belakang setiap peserta didik dalam pembelajaran. Kemudian, guru dapat menerapkan prinsip pendidikan inklusif dengan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung semua peserta didik tanpa memandang latar belakang ekonomi.
Peran Guru : Dalam hal ini, guru dalam melaksanakan pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan memperhatikan latar belakang mereka masing seperti “apakah dalam pembelajaran dengan Model A dapat diikuti oleh peserta didik dari keluarga yang kurang terfasilitasi?”. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus memperhatikan aspek-aspek tersebut agar semua peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
TOPIK 2 EKSPLORASI KONSEP
Anak yang tumbuh dalam kondisi ekonomi menengah ke bawah cenderung menghadapi lebih banyak hambatan dalam hal dukungan materi, sehingga sulit mendapatkan akses pendidikan yang lebih baik. Pola interaksi keluarga yang dipengaruhi oleh status sosial-ekonomi akan membentuk nilai, harapan, tuntutan, dan perkembangan kognitif yang berbeda. Sebagai contoh, keluarga dari kelas ekonomi menengah biasanya memiliki peluang keberhasilan yang lebih tinggi dengan menekankan pentingnya pendidikan dan kerja keras untuk masa depan yang lebih baik. Harapan ini tercermin dalam tugas, tuntutan, serta dialog keluarga. Pandangan ini selaras dengan sistem meritokrasi, yang menekankan penghargaan terhadap usaha dan kemandirian untuk mencapai tujuan. Sebaliknya, keluarga dari kelas ekonomi rendah cenderung memiliki pandangan yang berbeda, dengan partisipasi dalam pendidikan formal sering kali terbatas pada tingkat dasar. Artinya, anak-anak yang lahir dari keluarga yang lebih mampu secara ekonomi mempunyai peluang lebih besar untuk berhasil secara akademis. Namun dampak status sosial ekonomi terhadap prestasi akademik siswa berbeda-beda. Untuk memahami peran status sosial-ekonomi dalam keberhasilan pendidikan, pertama-tama kita perlu memahami bagaimana status sosial-ekonomi mencakup berbagai aspek kehidupan siswa dan bagaimana status sosial-ekonomi dapat mempengaruhi hasil akademik
SES
memainkan peran yang signifikan dalam mempengaruhi akses, kualitas, dan hasil
pendidikan khususnya di Indonesia. Secara umum, SES mengacu pada posisi individu atau keluarga dalam
hierarki sosial berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, pendidikan, dan
pekerjaan. Berikut beberapa cara konsep SES berdampak dalam pendidikan di
Indonesia:
a.
Akses ke Pendidikan
1)
Ketimpangan Akses: Anak-anak dari keluarga dengan
SES rendah seringkali menghadapi kesulitan untuk mengakses pendidikan
berkualitas. Hal ini bisa disebabkan oleh keterbatasan finansial yang membuat
mereka sulit untuk membayar biaya sekolah, buku, seragam, atau biaya lainnya.
2)
Fasilitas Pendidikan: Sekolah-sekolah di daerah
terpencil atau dengan populasi yang memiliki SES rendah sering kali memiliki
fasilitas yang terbatas dibandingkan dengan sekolah di daerah perkotaan atau
yang dilayani oleh masyarakat dengan SES tinggi.
b.
Kualitas Pendidikan
1) Guru dan
Pengajaran: Sekolah di daerah dengan SES rendah seringkali kekurangan guru yang
berkualitas, baik dari segi jumlah maupun kompetensi. Di sisi lain,
sekolah-sekolah dengan SES tinggi biasanya memiliki guru yang lebih
berpengalaman dan pelatihan yang lebih baik.
2) Kurangnya
Sumber Daya: Sekolah-sekolah di lingkungan dengan SES rendah mungkin memiliki
sumber daya terbatas seperti akses ke teknologi, bahan ajar, laboratorium, atau
perpustakaan yang memadai.
c.
Kesenjangan Hasil Pendidikan
1)
Prestasi Akademik: Anak-anak dari keluarga dengan
SES tinggi cenderung memiliki akses lebih baik ke bimbingan belajar, lingkungan
rumah yang mendukung, serta kegiatan ekstrakurikuler yang memperkaya
pembelajaran mereka. Hal ini berdampak pada hasil akademik yang lebih baik
dibandingkan anak-anak dari keluarga dengan SES rendah. Prestasi kelak
berpengaruh pada pekerjaan yang didapatkan dan berpengaruh kepada pendapatan.
2) Dropout dan Partisipasi Sekolah: Anak-anak dari keluarga dengan SES rendah lebih berisiko putus sekolah karena berbagai faktor, termasuk kebutuhan ekonomi keluarga yang memaksa mereka untuk bekerja sejak usia dini.
Penerapan
strategi pembelajaran inklusif dalam konteks perbedaan status sosial ekonomi
(SES) di Indonesia mulai berkembang dalam beberapa sekolah, terutama yang
mendukung pendidikan inklusi. Sekolah-sekolah ini berusaha menyesuaikan
pendekatan mereka terhadap kebutuhan siswa yang berasal dari latar belakang
ekonomi yang beragam, untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih adil dan
merata.
Sebagai
contoh, SD Negeri 1 Tanjung di Purwokerto adalah salah satu sekolah yang
mengimplementasikan pendidikan inklusi dengan strategi pembelajaran adaptif.
Guru-guru di sana berupaya menyesuaikan metode pengajaran dengan kondisi
individu setiap siswa, termasuk siswa yang kesulitan belajar. Ini menunjukkan
adanya adaptasi pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan spesifik siswa dari
berbagai latar belakang, termasuk SES rendah, sehingga mereka tetap bisa
mendapatkan pengalaman pendidikan yang setara dengan siswa lainnya.
Pembelajaran di sekolah ini lebih berorientasi pada kebutuhan individu daripada
mengikuti metode umum yang mungkin tidak sesuai untuk semua siswa
Di kota
lain, seperti Yogyakarta dan Bandung, sekolah-sekolah yang menerapkan
pendidikan inklusif juga mengembangkan pendekatan pengajaran yang bersifat
kolaboratif, di mana guru pendamping berperan penting dalam membantu siswa yang
memiliki kebutuhan khusus serta siswa dari latar belakang sosial ekonomi yang
kurang beruntung. Strategi ini mencakup penggunaan metode pembelajaran
kooperatif dan diferensiasi dalam pengajaran, yang memungkinkan guru memberikan
dukungan yang lebih personal
Penelitian
lain juga menunjukkan bahwa keberhasilan pendidikan inklusi dalam menghadapi
tantangan perbedaan SES sangat dipengaruhi oleh kompetensi guru dan kolaborasi
antara pihak sekolah, orang tua, dan komunitas. Guru diharapkan tidak hanya
memiliki keterampilan mengajar yang baik tetapi juga memahami tantangan
sosial-ekonomi yang dihadapi siswa mereka
Secara keseluruhan, meskipun tantangan besar masih ada dalam pelaksanaan strategi inklusif yang mempertimbangkan perbedaan SES, beberapa sekolah di Indonesia mulai berhasil menciptakan lingkungan belajar yang lebih adil dan inklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho,, A., & Mareza, L.
(2017). MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Jurnal
Pendidikan Dasar PerKhasa, 145-156.
Prastiwi, Z., & Abduh, M.
(2013). ImplementasiPembelajaran Inklusi di Sekolah Dasar. Jurnal
Elementaria Edukasia, 668-682.
Rusmono, D. O. (2020). Optimalisasi
Pendidikan Inklusi di Sekolah: Literature Review. J u r n a l M a n a j e
m e n P e n d i d i k a n, 209-217.
Yusuf, M., Choiri, S., &
Supratiwi, M. (2017). Evaluasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di Tingkat
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia. JURNAL PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR BIASA, 4(2): 147-154.
TOPIK 2 MULAI DARI DIRI
Sebelum mempelajari dampak status sosio-ekonomi dalam pendidikan, saya mungkin berpikir bahwa peran status ekonomi terutama terkait dengan akses terhadap sumber daya fisik, seperti buku, perangkat teknologi, atau fasilitas belajar. Asumsi awal bisa jadi mengarah pada keyakinan bahwa siswa dari latar belakang yang lebih mampu secara finansial cenderung memiliki lebih banyak keuntungan dalam hal akses ke pendidikan berkualitas, sementara siswa dari latar belakang kurang mampu mungkin kesulitan dalam memperoleh hal-hal tersebut. Misalnya, anak yang lahir dari keluarga mampu cenderung lebih mudah memperoleh akses pendidikan karena mereka mempunyai kemampuan untuk memilih pendidikan yang layak. Sedangkan anak yang lahir dari keluarga kurang mampu cenderung kesulitan dalam memperoleh pendidikan bahkan orang tua ada yang beranggapan bahwa pendidikan itu tidak penting, yang penting adalah mencari uang untuk makan.
Selain itu, anak-anak dari keluarga kurang mampu sering kali harus menghadapi tekanan hidup yang lebih besar, misalnya masalah keuangan atau tuntutan untuk membantu bekerja, yang bisa berdampak pada kemampuan mereka untuk fokus dalam belajar. Pada keluarga mampu, pendidikan sering dianggap sebagai investasi jangka panjang, sedangkan pada keluarga kurang mampu, pendidikan mungkin tidak dilihat sebagai prioritas utama karena tuntutan kebutuhan ekonomi yang lebih mendesak.
Anak-anak dari latar belakang sosio-ekonomi yang berbeda seringkali datang ke sekolah dengan tingkat kesiapan belajar yang berbeda. Anak-anak dari keluarga yang mampu lebih mungkin mendapatkan pengalaman pra-sekolah seperti taman kanak-kanak atau les tambahan yang meningkatkan kesiapan akademis dan sosial mereka. Sebaliknya, anak-anak dari keluarga kurang mampu mungkin tidak memiliki kesempatan ini.
Sunday, October 6, 2024
TOPIK 1 AKSI NYATA
Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan anda sebagai guru?
Saya mendapatkan manfaat dalam mempersiapkan diri sebagai guru dengan memahami karakteristik siswa, serta merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan mereka. Saya juga perlu menyadari bahwa setiap siswa memiliki latar belakang sosio-kultural yang berbeda, yang dapat memengaruhi cara mereka belajar, pandangan, dan kemampuan. Oleh karena itu, pembelajaran harus dilakukan dengan adil dan berbeda-beda. Pengetahuan yang saya peroleh dari materi ini juga membekali saya untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial budaya siswa.
Bagaimana anda menilai kesiapan anda saat ini, dalam skala 1-10? Apa alasannya?
Tingkat kesiapan saya dalam menghadapi peserta didik saat ini adalah 7. Alasan utamanya adalah saya menyadari bahwa pengetahuan saya tentang perspektif sosiokultural dalam pendidikan masih terbatas. Apalagi di perkuliahan saat ini baru topik 1 tentu masih banyak yang harus dipelajari selanjutnya. Ada banyak faktor yang perlu saya pelajari lebih dalam, termasuk strategi pembelajaran, penggunaan media, pengelolaan kelas, dan cara menangani siswa yang memiliki keberagaman yang luas. Selain itu, saya belum memiliki banyak pengalaman dalam berhadapan dengan siswa dari berbagai latar belakang, seperti agama dan ras. Hal ini mendorong saya untuk terus belajar tentang aspek sosiokultural dalam pendidikan.
Apa yang perlu anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal ?
Hal yang perlu saya persiapkan adalah memperdalam pengetahuan tentang konsep-konsep perspektif sosiokultural. Baik melalui perkuliahan maupun dengan mencari informasi secara mandiri agar bisa diterapkan dalam pembelajaran. Selain itu, saya perlu berbagi informasi dengan teman, dosen, guru, dan mereka yang lebih berpengalaman dalam menghadapi siswa yang beragam. Diskusi ini akan menjadi bekal penting bagi saya dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sebagai guru, sehingga dapat menyelenggarakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, dan latar belakang sosiokultural siswa.
Tuesday, October 1, 2024
KONEKSI ANTAR MATERI
Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?
Berikut koneksi antar materi dalam bentuk grafis :
ELABORASI PEMAHAMAN
Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini?
Pelaksanaan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Faktor-faktor ini saling berkaitan dan harus berfungsi secara bersamaan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Setiap daerah memiliki ciri khas dan karakteristiknya sendiri, sehingga guru perlu menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik di wilayah tersebut. Dalam konteks ini, pendidikan multikultural menjadi sangat penting. Pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan yang menekankan pada keberagaman budaya. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat memahami perbedaan, memperkuat persatuan, dan meningkatkan identitas nasional. Selain itu, penyelenggaraan pendidikan harus memfasilitasi kebebasan peserta didik, yang berarti pembelajaran harus memberikan kesempatan bagi mereka untuk belajar sesuai dengan keinginan, minat, dan gaya belajar masing-masing. Tugas guru adalah untuk memfasilitasi dan membimbing mereka. Proses pembelajaran juga perlu mempertimbangkan perkembangan dan kemampuan peserta didik, sehingga strategi, media, dan materi ajar harus disesuaikan dengan kemampuan mereka
Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai?
Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menyesuaikan kondisi sosiokultural peserta didik. Pemilihan strategi, metode, dan media pembelajaran dapat bervariasi sesuai dengan kondisi dan realitas di sekitar. Dengan demikian, kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat terpenuhi dan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Merancang strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan pengalaman peserta didik akan membuat proses belajar lebih menyenangkan. Aktivitas ini tidak hanya penting untuk pembelajaran itu sendiri, tetapi juga memastikan bahwa pembelajaran tetap relevan dengan dunia nyata.
Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?
Salah satu hal yang ingin saya pelajari adalah bagaimana mengubah keberagaman sosiokultural peserta didik dan lingkungan di tempat saya mengajar menjadi strategi dan metode pembelajaran yang unik dan dapat diterapkan secara efektif dalam proses belajar mengajar. Saya juga ingin memahami cara melaksanakan pembelajaran yang memperhatikan dan menyelaraskan perkembangan masing-masing peserta didik.
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL
Apa hal penting yang anda pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang anda jalani bersama kelompok (bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri?
Salah satu hal penting yang saya peroleh dari proses demonstrasi kontekstual ini adalah kemampuan untuk berkolaborasi. Setiap anggota kelompok memiliki karakteristik yang berbeda, termasuk latar belakang sosial, agama, dan budaya, yang mempengaruhi cara pandang masing-masing. Pengalaman ini mengajarkan saya untuk menerima dan menghargai perbedaan tersebut. Kami belajar menjalin komunikasi yang efektif hingga mencapai kesepakatan bersama, serta saling memberi dukungan, masukan, dan ide-ide, dan berupaya untuk menyajikan hasil kerja kelompok dengan baik.
Selain itu, saat menyimak presentasi dari kelompok lain, saya menyadari bahwa ungkapan “beda orang beda pemikiran” sangat relevan. Meskipun lima video yang dianalisis sama, hasil analisisnya justru berbeda. Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa sebagai seorang guru di masa depan, saya akan menghadapi situasi serupa, di mana peserta didik memiliki karakteristik yang beragam, dan tantangan untuk menyamakan pemahaman mereka tentang suatu materi.
RUANG KOLABORASI
Dalam sesi kolaborasi, kami melakukan analisis dan refleksi terhadap lima video pendidikan yang mencerminkan berbagai wilayah dan kondisi yang berbeda di Indonesia. Video-video ini menunjukkan kepada kami bahwa pendidikan di Indonesia masih belum merata, terlihat dari aspek fasilitas, kualitas tenaga pendidik, aksesibilitas jalan, internet, serta terbatasnya sumber daya manusia. Berbagai faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang berbeda di setiap daerah tentunya memengaruhi keadaan tersebut. Meskipun demikian, perbedaan faktor-faktor ini tidak menghalangi berlangsungnya proses pendidikan. Program Pengajar Muda yang diinisiasi pemerintah turut memperkaya pendidikan, terutama di daerah-daerah yang tertinggal di Indonesia. Proses akulturasi budaya, pemanfaatan sumber daya alam, serta metode pembelajaran yang inovatif memberikan semangat baru bagi anak-anak di sana. Mereka hadir untuk mengajarkan bahwa setiap individu dapat meraih pendidikan setinggi mungkin dalam kondisi apapun. Tentu saja, ini juga mengajarkan pentingnya memajukan pendidikan di Indonesia.
Kondisi lingkungan, tingkat sumber daya manusia, keadaan ekonomi, serta keragaman budaya, dan lainnya berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Namun, kami diajarkan bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing peserta didik dan sesuai dengan tuntutan zaman. Perbedaan faktor-faktor di atas seharusnya tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Yang terpenting adalah bagaimana kami sebagai pendidik dapat menyajikan pembelajaran dengan cara yang lebih menarik dan menyenangkan.